It's my life....

Education,Passion, Music, :)

Selasa, 24 Januari 2012

Theory of Learning (Albert Bandura)

BIOGRAFI         

Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare, kota kecil di Alberta, Canada. Beliau mendapat gelar B.A dari University of British Columbia, kemudian M.A. pada 1951, dan Ph.D. pada 1952 dari University of Lowa. Dia ikut magang pascadoktoral di Wichita Guidance Center pada 1953 dan kemudian bergabung di Stanford University. Pada 1969-1970 dia sempat di Center for the Advanced Study in the Behavioral Sciences. Bandura kini menjabat sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi di Universitas Stanford.

            Di antara penghargaan yang pernah diterimanya adalah Guggenheim Fellowship, 1972; Distinguished Scientist Award dari Divisi 12 American Psychologycal Association, 1972; Distinguished Scientific Achievement Award fsti California Psychological Association, 1973; Presidency of the American Psychological Association, 1974; James McKeen Cattell Award, 1977; dan James McKeen Catell Fellow Award dari American Psychological Society, 2003-2004. Selain itu, Bandura menjabat berbagai posisi di beberapa masyarakat ilmiah dan menjadi anggota dewan editor untuk sekitar 17 buah jurnal ilmiah. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. Bandura kini dianggap sebagai teoretisi dan periset utama di area belajar observasional, topik yang kini sangat popular


B.      PENDAHULUAN

Albert Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.


Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa proses kognitif sangat penting dalam penentuan perilaku manusia. Bukti adanya pengaruh proses kognitif ini berasal dari fakta bahwa kita dapat membayangkan (imagine) diri kita dalam keadaan emosi apa saja. Sebagian dari perilaku seseorang ditentukan oleh proses kognitifnya, maka jika proses kognitif tidak akurat dalam merefleksikan realitas maka akan muncul perilaku yang salah. Bandura juga mengembangkan model deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, dan faktor kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

            Menurut Bandura proses meniru perilaku dan sikap seorang model merupakan salah satu proses pembelajaran. Melalui proses tersebut akan terjadi interaksi timbal balik antara kognitif, lingkungan, dan perilaku. Kondisi lingkungan di sekitar individu akan sangat mempengaruhi proses belajar seseorang. Misalnya, anak yang tinggal dalam keluarga yang sering melakukan kekerasan maka ia akan menjadi anak yang kasar dan sulit dalam mengendalikan emosi atau bahkan mereka tidak akan pernah mengaplikasikan kekerasan itu dalam lingkungannya karena ia menganggap bahwa perbuatan itu merugikan dirinya dan juga orang lain. 


C.      PENJELASAN BANDURA TENTANG BELAJAR OBSERVASIONAL

Belajar observasional mungkin menggunakan imitasi atau mungkin juga tidak. Misalnya, saat mengendarai mobil di jalan Anda mungkin melihat mobil di depan Anda menabrak tiang, dan berdasarkan observasi ini Anda mungkin akan berbelok untuk menghindarinya agar tidak ikut menabrak. Apa yang anda pelajari, kata Bandura, adalah informasi, yang diproses secara kognitif dan anda bertindak berdasar informasi ini demi kebaikan diri anda. Jadi, belajar observasional lebih kompleks ketimbang imitasi sederhana, yang biasanya hanya berupa menirukan tindakan orang lain. Teori Bandura bersifat kognitif dan berhubungan dengan konsep motivasi bukan reinforcement theories (teori penguatan). 

·         Observasi Empiris

Dalam teori Bandura, model adalah apa saja yang menyampaikan informasi, seperti orang, film, televise, pameran, gambar, atau instruksi. Dalam kasus ini, sekelompok anak melihat sebuah film yang menampilkan seseorang sebagai model yang sedang memukul dan menendang boneka besar. Satu kelompok anak melihat model yang agresif itu diperkuat. Kelompok kedua melihat model yang agresif itu dihukum. Kelompok ketiga melihat konsekuensi netral atas tindakan agresif model tersebut; yakni model tidak diperkuat dan tidak dihukum. Kemudian, anak-anak dalam ketiga kelompok itu dipertemukan dengan sebuah boneka besar dan tingkat agresivitas mereka terhadap boneka itu lalu diukur. Seperti yang diduga, anak yang melihat model diperkuat cenderung menjadi anak yang paling agresif; anak yang melihat model dihukum cenderung paling tidak agresif; sedangkan bagi anak yang melihat konsekuensi netral dari model, tingkat agresivitasnya berada di antara posisi dua kelompok lain itu. Studi ini menarik karena ia menunjukkan  bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh pengalaman tak langsung atau pengalaman pengganti. Dengan kata lain, apa yang mereka lihat dan dialami orang lain akan mempengaruhi perilaku mereka. Anak dalam kelompok pertama mengamati vicarious reinforcement (penguatan pengganti atau tak langsung) dan ini menambah agresivitas mereka; anak dalam kelompok kedua melihat vicarious punishment (hukuman pengganti atau tak langsung) dan hal ini menghambat agresivitas mereka. Meskipun anak tidak mengalami langsung penguatan dan hukuman, namun hal itu memodifikasi perilaku mereka.   
     
D.     KONSEP TEORETIS UTAMA


Bandura (1986) menyebut empat proses yang mempengaruhi belajar observasional :

1.      Proses Atensional

Bandura menganggap belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukkan bahwa hanya yang diamatilah saja yang dapat dipelajari. Contoh : seorang pemain musik yang tidak percaya diri, mengikuti gaya artis yang sudah terkenal sehingga ia tidak menunjukkan gaya sendiri.  Hal ini dapat terjadi karena kapasitas sensori seseorang akan mempengaruhi attentional process (proses atensioal/proses memperhatikan). Berbagai karakterisistik model juga akan mempengaruhi sejauh mana mereka akan diperhatikan. Riset menunjukan bahwa model akan lebih sering diperhatikan jika mereka sama dengan pengamat ( yakni, jenis kelaminnya sama, usianya sama, dianggap kuat, dan sebagainya) orang yang dihormati atau memiliki status tinggi, memiliki kemampuan lebih, dianggap kuat dan atraktif.

2.      Proses Retensional

Bandura berpendapat bahwa ada retentional process (proses retensional) dimana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara, secara imajinal (imajinatif) dan secara verbal. Mereka beranggapan bahwa informasi yang disimpan secara simbolis lebih mudah untuk diingat dan dipahami. Contoh Proses Retensional secara Imajinal : Seseorang yang menghafalkan rute perjalanan dengan menggunakan simbol-simbol seperti RLRRLL (Right Left Right Right Left Left).

Contoh Proses Retensional secara Verbal : Rina yang menceritakan kejadian yang baru saja ia alami kepada orang lain.

Simbol-simbol yang disimpan ini memungkinkan terjadinya delayed modeling (modeling yang ditunda), yakni kemampuan untuk menggunakan informasi tersebut di lain waktu ketika dibutuhkan.

3.      Proses Pembentukan Perilaku

Behavioral Production Process (Proses Pembentukan Perilaku) dapat diamati melalui seseorang yang sedang mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tidak mampu menerjemahkan informasi itu ke dalam perilaku sehari-hari karena ada keterbatasan; misalnya, perangkat gerak otot yang dibutuhkan untuk respons tertentu tidak tersedia atau karena seseorang mengalami cedera, belum dewasa, dan sakit parah.

Contoh : Fika yang mengamati  seekor monyet yang melompat dan bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya dengan menggunakan ekor, namun Fika tidak mungkin meniru perilaku monyet tersebut karena Fika tidak memiliki ekor.

Jadi seseorang akan bertindak  secara korektif  ketika mereka mengamati perilaku model yang berbeda menurut pandangan mereka. Retensi simbolis atas perilaku modeling juga akan menghasilkan “umpan balik ” yang dapat dipakai secara gradual untuk menyamakan perilaku seseorang dengan model dengan menggunakan observasi diri.

4.      Proses Motivasional

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena  hal ini merupakan penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

Melalui informasi yang telah diperoleh dari pengamatan terdahulu, seorang individu akan belajar untuk mengamati dan memperhatikan apa yang dilakukan oleh seorang model dan jika menurut mereka perilaku yang dilakukan oleh model tersebut menarik maka mereka akan cenderung meniru perilaku model tersebut dan sebaliknya.

Contoh : Seorang pengamat yang menyaksikan iklan pembersih wajah ditampilkan oleh artis kesukaannya ditelevisi akan mendorong mereka untuk membeli sabun pembersih wajah tersebut agar wajah yang mereka miliki sama dengan bintang artis kesukaannya


E.      APLIKASI PRAKTIS DARI BELAJAR OBSERVASIONAL


            Modeling memberikan beberapa efek bagi pengamat. Melihat seorang model melakukan aksi yang berbahaya dan tidak mengalami cedera tentu akan membuat rasa takut pada diri pengamat untuk melakukan aktivitas yang sama dengan model. Rasa takut yang berasal dari pengamatan ini dinamakan disinhibition (disinhibisi). Contoh : seorang anak yang sedang menonton pesulap menginjak beling-beling di acara televisi. Hal ini tentu akan meninggalkan rasa takut pada diri seorang pengamat  dan ia tidak akan pernah meniru adegan tersebut karena menurutnya hal ini sangat menyeramkan. Seorang model  juga akan memicu seorang pengamat untuk melakukan hal yang sama karena pengamat sudah belajar dan tidak mengalami hambatan dalam memberi respon itu, hal ini dinamakan facilitation (fasilitasi). Modeling juga dapat menstimulasi creativity (kreativitas) dengan cara menunjukkan kepada pengamat beberapa model yang menyebabkan pengamat mengadopsi kombinasi berbagai karakteristik atau gaya.

  • Jenis – jenis Peniruan (modeling) :

1. Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.

Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.

2. Peniruan Tak Langsung

Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.

3. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai melalui buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.

Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.

Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.


  • Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura :

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan

2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain

3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model

4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif

5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif


F.       Kelemahan Teori Albert Bandura                   

            Teori Albert Bandura yang menekankan pada proses peniruan (modeling) akan menyebabkan individu belajar untuk meniru tingkah laku orang lain. Tak bisa dipungkiri tingkah laku yang ditiru tersebut merupakan tingkah laku yang bersifat negatif termasuk perilaku yang tidak diterima dalam masyarakat.


G.     Kelebihan Teori Bandura        

            Teori Albert Bandura merupakan teori belajar yang lebih lengkap dari teori belajar sebelumnya karena beliau menekankan bahwa perilaku dan lingkungan seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Jadi perilaku manusia terjadi karena adanya reaksi yang timbul akibat interaksi lingkungan dengan kognitif individu itu sendiri. Selain itu teori Bandura juga menekankan pada observasi empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak sehingga kita dapat membentuk proses kognitif yang baik bagi anak dengan adanya tindakan positif.


H.     Kesimpulan      

Dari uraian tentang teori belajar sosial dapat disimpulkan bahwa  :

     a.      Belajar merupakan interaksi yang saling berpengaruh antara lingkungan, perilaku yang meliputi proses kognitif dalam belajar

     b.      Komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi, dan proses kognitif dalam belajar

    c.       Hasil belajar berupa simbolis, yaitu verbal dan visual yang dapat digunakan kembali ketika dibutuhkan.


Sources            :

1.     Theories of Learning Book 
2.     Albert Bandura

1 komentar: