It's my life....

Education,Passion, Music, :)

Selasa, 21 Mei 2013

Hei..



Hei,, apa kabarmu disana???
Lama tak jumpa…
Untuk menyampaikan rasa rindu saja tak sempat lagi
Hahhahahha,, maaf sekarang aku terlalu sibuk,,
Sibuk berpikir,
Sibuk bertugas,
Sibuk tertawa,
Sibuk menangis,
Sibuk emosi!!! Haahhahhahha
Yah itulah segelintir hari-hariku kini,,
Heh, kau tahu.. aku sangat lelah.. bolehkah aku memejamkan mata dan pergi jauh,,,
Boleh ya…tolong!! Bawa aku keluar dari sini…. Boleh kan???

Huh!!
Kau selalu katakan tidak untuk itu,,
kau selalu saja katakan kalau “tugasmu belum selesai

tapi aku sungguh lelah,, aku takut, aku tidak sanggup, aku…..

Apa aku terlalu mendramatisir diri ya?? Hahhahahhaha
kau hanya tertawa dan katakana “iya”… -_-

Tapi itu wajar kan??
kau katakan “ tapi jangan terlalu berlebihan ya, karena kamu sanggup lakukan segalanya”

Kenapa kau begitu yakin?? Sedangkan aku sendiri…..Hhuuuuhhhhhh,,
kau katakan “AKU BEGITU MENGENALMU

Hahahhahha….
Kau itu ada-ada saja..

Oh ia,,,
Kau tahu….
19 tahun sudah aku tinggal… Tinggal diantara kerumunan kehidupan dan kematian…
Sungguh keajaiban bukan???  Tak pernah terbayangkan tapi aku dapatkan untuk kesekian kalinya,,,
Hari ini aku tak mau banyak berjanji… Aku hanya ingin bercerita dan berbagi…
Karena cukup sulit bagiku untuk mengungkapkan semuanya kepada mereka…
Tampaknya kau lebih mengerti siapa diriku, bukan begitu??
Dan kau… hanya mengangguk… hhuuffttt

Oh ia,,
Aku lupa cerita sesuatu,,
Hah?? Jadi kau sudah tahu… -_-
Baiklah kalau begitu,,
Jangan ceritakan ke siapa-siapa ya..
Ini rahasia…
Bantu aku… Karena ini sangat sulit…
Biarkan suatu saat mereka bisa mengerti dan memahami arti hidup yang sebenarnya….

Minggu, 21 April 2013

K-I-N-I



Frustasi?? Bisa jadi..
Tapi tidak sampai merusak otak..
Hanya butuh waktu untuk berpkir sejenak, menghirup udara bebas, menyeka keringat, dan terbang..
Tapi itu hanya sebuah mimpi,,
Ini pilihan…
Mundur atau maju..
Berhasil atau gagal..
Aarrggghhh…
Andai waktu bisa terulang..
Sebenarnya tak ada yang perlu disesali
Tak ada yang perlu ditakuti..
Tidak ada yang salah…
Hanya butuh sebuah keyakinan dan tekad
Susah itu proses
Jatuh dan air mata itu tantangannya
Percaya dan kerja keras adalah kuncinya
Sanggup atau tidak??? itulah pertanyaannya
Ini bukan sebuah permainan
Itu semua bohong
Ini sebuah hal yang sakral
Harus dijalani
Harus diperjuangkan
Bertindak sebagai orang buta
Bertindak sebagai orang tuli
Mulai melangkah
Terseok-seok karena sebuah imajinasi
Tergelincir karena ribuan kerikil
Dan --------------------------------------------
atau
Namun--------------------------------------------------

Inikah itu…
Impian…
Harapan…
Akhiri dengan Kemenangan???

Jawabannya ada disini..
Di setiap langkah
Di setiap nada
Di setiap #goresan luka#
Di setiap cerita

Hanya dengan harapan dan keteguhan hati…

Kamis, 14 Maret 2013

Sebuah Nama yang Tidak Kebetulan



Apalah arti sebuah nama? Pertanyaan ini seringkali muncul dalam benak seseorang. Banyak yang beranggapan bahwa nama adalah hal yang tak penting untuk dijabarkan. Namun tampaknya tanggapan itu salah. Nama adalah sebuah identitas pribadi sesorang. Ia memiliki makna, harapan, dan juga doa. Kehadirannya pun dalam diri manusia bukanlah sebuah kebetulan. Sebab ia lahir dari berbagai macam pertimbangan.
Ruth Irda Damayanti. Itulah nama yang melekat pada diri saya sampai sekarang. Nama itu saya dapatkan sekitar delapan belas tahun yang lalu dari kedua orang tua saya. Mereka mempercayakan nama itu tepat ketika saya lahir ke dunia ini. Betapa bahagianya saya mendapatkan nama itu. Mengapa? Karena ternyata dibalik nama itu terselip sebuah makna dan harapan yang luar biasa bagi saya.
Ruth. Nama ini diambil dari salah satu tokoh di Alkitab. Dalam Alkitab digambarkan bahwa Ruth adalah seseorang yang setia. Hal ini dibuktikan ketika suaminya meninggal dunia. Waktu itu mertua Ruth yang tak lain adalah ibu kandung dari suaminya itu menyuruh Ruth untuk kembali ke rumah orang tuanya. Hal ini dikarenakan mertua Ruth ingin agar Ruth bahagia dengan mencari pasangan hidup yang baru. Namun di waktu yang sama Ruth pun menolak keras nasihat ibu mertuanya itu. Ia berkata bahwa ia akan tetap bersama dan tidak akan pernah meninggalkannya sampai maut memisahkan keduanya. Cerita ini memperlihatkan bahwa Ruth adalah pribadi yang setia, bukan hanya kepada suaminya namun juga ibu mertuanya. Inilah yang menjadi alasan mengapa kedua orang tua saya menamakan saya Ruth. Mereka ingin agar kelak saya menjadi anak yang setia kepada Tuhan, orang tua, dan juga suami saya nantinya.
Irda. Nama ini diambil dari nama dokter yang membantu saya lahir ke dunia ini. Beliau ternyata bukan hanya seorang dokter kandungan melainkan juga seorang Kopasus. Bagi ibu saya, dr. Irda adalah sosok yang luar biasa. Bukan karena profesinya namun karena jasanya yang membantu setiap persalinan ibu melahirkan. Dr. Irda ternyata tinggal tak jauh dari rumah kami dulu di daerah Bandung. Kedua orang tua saya juga cukup mengenal beliau. Menurut mereka dr. Irda adalah orang yang memiliki prinsip yang kuat, tidak sombong dan selalu berhati-hati dalam bertindak. Kekaguman akan sikapnya itu membuat ibu saya meminta izin kepada beliau untuk menyisipkan namanya diantara nama saya. Akhirnya beliau pun mengizinkan permintaan itu dengan senang hati. Melalui nama ini orang tua saya berharap agar kelak saya memiliki sikap layaknya dr. Irda.
Damayanti. Nama ini diberikan oleh ayah saya sebagai nama belakang saya. Kata “may” dalam nama ini bermakna bulan kelahiran saya, yaitu bulan Mei. Sedangkan kata “Damay” dipilih ayah saya dari kata damai. Ayah berharap bahwa pada akhirnya saya yang lahir di bulan Mei ini dapat membawa kedamaian di tengah-tengah masyarakat yang beragam. Ayah ingin agar saya dapat menanamkan sikap mengasihi terhadap sesama sehingga tidak ada lagi permusuhan dan perpecahan. 
Mungkin banyak orang bertanya-tanya, sudahkan harapan dan doa dalam nama itu terwujud dalam kehidupan saya? Jujur saya pun tidak tahu. Menurut saya yang dapat melihat terwujudnya harapan dan doa itu adalah orang-orang disekitar saya. Baik itu keluarga, teman, guru, dan terlebih lagi Tuhan. Mereka yang lebih layak untuk menilai setiap sikap yang terdapat dalam diri saya. Namun satu hal yang pasti, saya selalu berusaha untuk mewujudkan setiap harapan itu. 




Ruth Irda Damayanti bukanlah sebuah nama yang kebetulan bagi saya. Nama itu telah melalui proses yang panjang. Makna dalam setiap katanya pun berbeda-beda. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan dan orang tua saya atas nama yang telah disematkan kepada saya. Semoga nama itu bukan hanya menjadi berkat bagi saya namun juga orang lain disekitar saya.
 

Beda aja kok Repot..



“Perbedaan yang Mempersatukan”

Perbedaan seringkali dipandang sebagai suatu benteng pemisah. Mulai dari agama, budaya, adat-istiadat, jenis kelamin, ras, suku, dan lain sebagainya. Akibatnya tak jarang terjadi aksi-aksi anarkis diberbagai wilayah karena perbedaan tersebut. Tampaknya kedamaian di dunia ini patut untuk dipertanyakan. Menurunnya rasa toleransi, rasa saling menghargai, dan empati terhadap orang lain merupakan penyebab dari banyaknya masalah yang muncul. Hal ini terangkum jelas dalam kehidupan kita sehari-hari. Tengok saja, hampir setiap hari terjadi tawuran antar pelajar, peledakan bom dimana-mana, tontonan yang meyudutkan agama lain, peperangan antar agama dan aksi-aksi keji lainnya.
            Bagi saya perbedaan adalah suatu hal yang sangat unik.  Semenjak saya kecil, saya sudah berada di tengah-tengah perbedaan itu. Tinggal di wilayah dengan masyarakat beraneka ragam membuat saya belajar menjadi pribadi yang toleran dan lebih dewasa. Ketika saya duduk di bangku sekolah dasar, saya memiliki teman-teman dengan latar belakang agama, ras, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda. Namun itu bukanlah suatu penghalang bagi saya untuk berteman dengan mereka. Orang tua saya juga selalu mengajarkan saya dan adik-adik saya untuk tidak membedakan orang lain disekitar kami.
Di kelas 4 SD saya juga sering masuk dalam pelajaran Agama Islam. Hal ini dikarenakan belum adanya guru yang mengajar Agama Kristen. Saya lebih memilih untuk  memasuki kelas tersebut daripada saya harus menunggu di luar sampai jam pelajaran itu usai. Walaupun demikian, orang tua saya tidak melarang saya untuk mengikuti pelajaran itu begitupun dengan guru yang mengajar. Selama pelajaran berlangsung biasanya saya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru kemudian mengamati teman-teman saya yang selalu sibuk dengan tulisan Arabnya. Hal ini sungguh menarik perhatian saya.
            Begitupun ketika saya duduk di bangku SMP. Saya juga memiliki begitu banyak teman-teman yang berbeda, bahkan lebih banyak dari teman SD. Walaupun berbeda kami tetap bersaudara. Pernah suatu kali saya diajak berdiskusi oleh teman saya yang beragama Islam. Ia adalah anak seorang Ustad di dekat rumah saya. Waktu itu ia menanyakan apa persamaan Isa Almasih dengan Yesus Kristus. Ia juga menanyakan kepada saya bagaimana berpuasa dalam Agama Kristen. Kami pun saling bercerita sesuai dengan kepercayaan kami. Dari perbincangan itu saya mengetahui adanya kesamaan tokoh dan cerita yang terdapat dalam kitab kami masing-masing. Meskipun demikian, saya tetap beranggapan bahwa agama saya adalah agama yang lebih baik daripada agama lain.
            Waktu pun bergulir begitu cepatnya hingga mengantarkan saya duduk di bangku SMA.  Di SMA semakin banyak perbedaan yang saya jumpai. Mereka bukan hanya datang dari ras, suku, dan budaya yang berbeda. Melainkan agama yang juga berbeda. Mungkin ketika saya SMP saya hanya memiliki teman yang beragama Islam. Namun ketika duduk di SMA saya memiliki teman yang lebih beraneka ragam. Ada yang beragama Katholik, Hindu, dan juga Buddha. Seperti biasa saya tetap berteman dengan mereka. Bahkan kami menjadi sekelompok sahabat. Ketika teman kami merayakan hari besar agamanya biasanya satu persatu dari kami mengirimkan sms berupa ucapan selamat. Hal ini membuat kami semakin dekat layaknya saudara.
Pada akhirnya saya pun menyadari bahwa tak perlu rasanya menganggap agama siapa yang paling benar dan paling pantas untuk diikuti. Sebab pada hakikatnya semua agama mengajarkan kebaikan.  Setiap orang juga bebas menentukan pilihannya masing-masing. Pernah suatu kali ibu saya berkata bahwa tak akan ada habisnya kita membahas mengenai agama karena setiap orang tentu akan membela agamanya masing-masing. Kita semua adalah sama dihadapan Tuhan. Yang terpenting adalah  jangan jadikan setiap perbedaan sebagai kekurangan yang menyebabkan permusuhan dan perpisahan, sebaliknya jadikan itu sebagai sebuah kelebihan yang mampu mewujudkan kesatuan dan perdamaian. Itulah yang selalu saya ingat dan lakukan.  Lagipula tak ada alasan bagi saya untuk tidak menyayangi dan mengasihi mereka hanya karena status kami yang berbeda. Sebab mereka adalah teman, sahabat, sekaligus saudara bagi saya.