“Perbedaan yang
Mempersatukan”
Perbedaan
seringkali dipandang sebagai suatu benteng pemisah. Mulai dari agama, budaya,
adat-istiadat, jenis kelamin, ras, suku, dan lain sebagainya. Akibatnya tak
jarang terjadi aksi-aksi anarkis diberbagai wilayah karena perbedaan tersebut.
Tampaknya kedamaian di dunia ini patut untuk dipertanyakan. Menurunnya rasa
toleransi, rasa saling menghargai, dan empati terhadap orang lain merupakan
penyebab dari banyaknya masalah yang muncul. Hal ini terangkum jelas dalam
kehidupan kita sehari-hari. Tengok saja, hampir setiap hari terjadi tawuran
antar pelajar, peledakan bom dimana-mana, tontonan yang meyudutkan agama lain, peperangan
antar agama dan aksi-aksi keji lainnya.
Bagi saya perbedaan adalah suatu hal yang sangat unik. Semenjak saya kecil, saya sudah berada di
tengah-tengah perbedaan itu. Tinggal di wilayah dengan masyarakat beraneka
ragam membuat saya belajar menjadi pribadi yang toleran dan lebih dewasa.
Ketika saya duduk di bangku sekolah dasar, saya memiliki teman-teman dengan
latar belakang agama, ras, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda. Namun itu
bukanlah suatu penghalang bagi saya untuk berteman dengan mereka. Orang tua
saya juga selalu mengajarkan saya dan adik-adik saya untuk tidak membedakan
orang lain disekitar kami.
Di
kelas 4 SD saya juga sering masuk dalam pelajaran Agama Islam. Hal ini
dikarenakan belum adanya guru yang mengajar Agama Kristen. Saya lebih memilih
untuk memasuki kelas tersebut daripada
saya harus menunggu di luar sampai jam pelajaran itu usai. Walaupun demikian,
orang tua saya tidak melarang saya untuk mengikuti pelajaran itu begitupun dengan
guru yang mengajar. Selama pelajaran berlangsung biasanya saya mendengarkan
penjelasan yang diberikan oleh guru kemudian mengamati teman-teman saya yang selalu
sibuk dengan tulisan Arabnya. Hal ini sungguh menarik perhatian saya.
Begitupun ketika saya duduk di bangku SMP. Saya juga
memiliki begitu banyak teman-teman yang berbeda, bahkan lebih banyak dari teman
SD. Walaupun berbeda kami tetap bersaudara. Pernah suatu kali saya diajak
berdiskusi oleh teman saya yang beragama Islam. Ia adalah anak seorang Ustad di
dekat rumah saya. Waktu itu ia menanyakan apa persamaan Isa Almasih dengan
Yesus Kristus. Ia juga menanyakan kepada saya bagaimana berpuasa dalam Agama
Kristen. Kami pun saling bercerita sesuai dengan kepercayaan kami. Dari
perbincangan itu saya mengetahui adanya kesamaan tokoh dan cerita yang terdapat
dalam kitab kami masing-masing. Meskipun demikian, saya tetap beranggapan bahwa
agama saya adalah agama yang lebih baik daripada agama lain.
Waktu pun bergulir begitu cepatnya hingga mengantarkan
saya duduk di bangku SMA. Di SMA semakin
banyak perbedaan yang saya jumpai. Mereka bukan hanya datang dari ras, suku,
dan budaya yang berbeda. Melainkan agama yang juga berbeda. Mungkin ketika saya
SMP saya hanya memiliki teman yang beragama Islam. Namun ketika duduk di SMA
saya memiliki teman yang lebih beraneka ragam. Ada yang beragama Katholik,
Hindu, dan juga Buddha. Seperti biasa saya tetap berteman dengan mereka. Bahkan
kami menjadi sekelompok sahabat. Ketika teman kami merayakan hari besar
agamanya biasanya satu persatu dari kami mengirimkan sms berupa ucapan selamat.
Hal ini membuat kami semakin dekat layaknya saudara.
Pada
akhirnya saya pun menyadari bahwa tak perlu rasanya menganggap agama siapa yang
paling benar dan paling pantas untuk diikuti. Sebab pada hakikatnya semua agama
mengajarkan kebaikan. Setiap orang juga
bebas menentukan pilihannya masing-masing. Pernah suatu kali ibu saya berkata
bahwa tak akan ada habisnya kita membahas mengenai agama karena setiap orang
tentu akan membela agamanya masing-masing. Kita semua adalah sama dihadapan
Tuhan. Yang terpenting adalah jangan
jadikan setiap perbedaan sebagai kekurangan yang menyebabkan permusuhan dan
perpisahan, sebaliknya jadikan itu sebagai sebuah kelebihan yang mampu
mewujudkan kesatuan dan perdamaian. Itulah yang selalu saya ingat dan
lakukan. Lagipula tak ada alasan bagi
saya untuk tidak menyayangi dan mengasihi mereka hanya karena status kami yang
berbeda. Sebab mereka adalah teman, sahabat, sekaligus saudara bagi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar