Kambing
yang Sederhana tapi Bersahaja
Pagi ini begitu cerah tak seperti pagi biasanya. Matahari tampak lebih bersinar dan angin pun seakan menyapa apapun yang ada disekitarnya. Sawah dan pepohonan juga seakan tersenyum mewakili kebahagiaan hari ini. Sementara itu di dalam rumah yang sederhana telah terjadi perbincangan yang begitu hangat.
“Hari ini kambing kita genap berumur 2 tahun pak, aku ingin menghadiahkannya sesuatu” kata bu tani kepada suaminya. “Ibu mau ngasih apa toh bu, wong dia cuma hewan biasa” jawab pak tani. “Dia kan hewan peliharaan pertama kita pak, kita sudah mengurus dan merawat dia sejak kecil. Setidaknya dia sudah menambah suasana dalam keluarga kita yang sepi ini tanpa kehadiran seorang anak” kata bu tani. Pak tani yang tak tega melihat kesedihan istrinya pun segera mencoba menenangkannya. “Sudahlah bu tak usah dibahas lagi tentang itu. Toh sekarang kita juga bisa hidup bahagia kan? walaupun bersama seekor kambing.” jawab pak tani. “Iya pak”seru bu tani. “Oh ya bagaimana jika kita hadiahkan kambing kesayangan kita itu sebuah kalung berwarna biru dan bertuliskan angka 2. Harapannya semoga diumurnya yang kedua ini ia semakin sehat dan selalu menambah suasana yang berwarna bagi keluarga kita” usul pak tani. “Ide yang bagus pak, sekaligus biar dia tidak tertukar dengan kambing tetangga hahhaha…, ehhhmm tapi bagaimana membuatnya?” Tanya bu tani. “Tenang saja bu, apa gunanya suamimu yang serba bisa ini, serahkan semuanya padaku” seru pak tani. Selagi menunggu bapak membuatkan kalung, lebih baik ibu memasak makanan yang lezat sana di dapur” tambah pak tani. “Siap pak” bu tani pun bergegas ke dapur untuk memasak.
Sementara itu bapak mulai membuat kalung dengan peralatan yang telah disiapkan sebelumnya. Hari ini mereka memang sengaja tidak pergi ke sawah untuk merayakan hari ulang tahun kambingnya.
Kambing ini memang menjadi binatang peliharaan yang sangat spesial bagi pak tani dan bu tani. Bukan hanya karena kambing ini adalah binatang peliharaan mereka yang pertama, namun sikapnya yang penurut juga menjadi nilai tambah bagi pak tani dan bu tani. Setiap kali sore menjelang ia tak pernah membantah atau menolak ajakan pak tani untuk kembali ke kandangnya. Di pagi hari ia juga sering membantu pak tani dan bu tani menggemburkan tanah sawah yang akan ditanami padi. Tak hanya dengan keluarga pak tani, ia juga akrab dengan binatang lainnya, seperti burung elang, kerbau, anjing, kancil, dan binatang lainnya. Orang-orangan sawah pun seakan menjadi saksi bisu dari kebaikan kambing tersebut. Ia juga binatang yang baik hati dan tidak sombong walaupun ia mendapatkan perlakuan istimewa dari keluarga pak tani.
Setelah
beberapa menit kemudian kalung pun selesai dibuat. Tampaknya bu tani menyukai
hasil jerih payah suaminya tersebut. Mereka pun segera bergegas untuk
memakaikan kalung tersebut pada leher kambing kesayangannya itu. Tampak dari kejauhan
rumah, kambing sedang makan siang bersama teman-temannya yang lain. Melihat pak
tani dan bu tani memberikannya sebuah hadiah, ia menjadi sangat senang dan
terharu. Ia mengembik seakan
mengucapkan terimakasih kepada pak tani dan bu tani. Begitu banyak pesan yang
disampaikan oleh mereka kepada kambingnya tersebut, seperti semoga sehat selalu,
menjadi kambing penurut, penolong, dan baik hati. Kini dilehernya telah tergantung
sebuah kalung indah sebagai lambang cinta dan kasih sayang gembala terhadap peliharaannya.
Sungguh mengharukan.
Ketika pak
tani dan bu tani kembali ke rumahnya, kambing bergegas pergi ke sungai untuk
minum karena setelah makan tadi, belum sempat ada air yang menghampiri
tenggorokannya. Di tengah jalan ia bertemu dengan anjing, burung elang, kancil,
dan kerbau yang baru saja selesai mandi atau bahkan minum beberapa teguk air
sungai. Maklum pada waktu itu udara sangat panas sehingga banyak hewan yang
pergi ke sungai untuk sekedar minum bahkan mandi guna menyegarkan tubuhnya
kembali. Seperti biasa kambing pun tak lupa untuk menyapa sahabatnya itu.
Begitu pun mereka tak segan untuk membalas sapaan kambing. Anjing yang terheran
melihat sesuatu yang terikat pada leher kambing putih itu pun bertanya “Apa
yang ada dilehermu itu? Jimatkah atau……”. “Jangan berpikiran yang aneh-aneh, ini adalah
hadiah yang diberikan keluarga tani untukku. Ya.. hari ini aku ulang tahun yang
kedua” jawab kambing. Mendengar hal ini mereka pun segera memberikan selamat
atas hari ulang tahun kambing ini.
Sementara itu kancil masih terheran-heran dengan apa yang baru saja ia dengar dari kambing. “Apa!! Hadiah!! seekor kambing diberikan hadiah oleh manusia dan ulang tahunnya dirayakan? Huh,, hati-hati ada udang di balik batu” seru kancil. Kambing pun menjawab dengan lantang “Aku rasa mereka adalah orang yang baik. Mereka juga sudah kuanggap sebagai kelurgaku sendiri, tak mungkin mereka berniat melakukan hal jahat terhadapku”. “Sudahlah kau tak usah pedulikan kata-kataya, mungkin saja dia iri karena tidak pernah mendapatkan hadiah yang indah sepertimu” tukas kerbau. “Hei lagi pula kambing berhak menerimanya karena ini adalah hari ulang tahunnya , dia juga orang yang baik dan berjasa bagi keluarga tani, jadi tak heran jika mereka membalas kebaikan kambing” tegas elang. “Sudahlah kawan jangan bertengkar aku tak suka melihat kalian seperti ini. Mungkin kancil tak bermaksud menyakiti hatiku” tegas kambing. “hahhahha… tak usah kau sok membelaku aku tak butuh kau apalagi hadiahmu yang jelek itu, tak sudi aku” jawab kancil. “Sudahlah lebih baik kita pergi saja, aku tak mau masalah ini berlanjut dan hanya membuat suasana semakin panas dan tak terkendali” jelas kambing. Kambing, kerbau, dan elang pun segera meninggalkan tempat itu dan menuju pematang sawah. Sedangkan kancil pergi entah kemana.
Sementara itu kancil masih terheran-heran dengan apa yang baru saja ia dengar dari kambing. “Apa!! Hadiah!! seekor kambing diberikan hadiah oleh manusia dan ulang tahunnya dirayakan? Huh,, hati-hati ada udang di balik batu” seru kancil. Kambing pun menjawab dengan lantang “Aku rasa mereka adalah orang yang baik. Mereka juga sudah kuanggap sebagai kelurgaku sendiri, tak mungkin mereka berniat melakukan hal jahat terhadapku”. “Sudahlah kau tak usah pedulikan kata-kataya, mungkin saja dia iri karena tidak pernah mendapatkan hadiah yang indah sepertimu” tukas kerbau. “Hei lagi pula kambing berhak menerimanya karena ini adalah hari ulang tahunnya , dia juga orang yang baik dan berjasa bagi keluarga tani, jadi tak heran jika mereka membalas kebaikan kambing” tegas elang. “Sudahlah kawan jangan bertengkar aku tak suka melihat kalian seperti ini. Mungkin kancil tak bermaksud menyakiti hatiku” tegas kambing. “hahhahha… tak usah kau sok membelaku aku tak butuh kau apalagi hadiahmu yang jelek itu, tak sudi aku” jawab kancil. “Sudahlah lebih baik kita pergi saja, aku tak mau masalah ini berlanjut dan hanya membuat suasana semakin panas dan tak terkendali” jelas kambing. Kambing, kerbau, dan elang pun segera meninggalkan tempat itu dan menuju pematang sawah. Sedangkan kancil pergi entah kemana.
Pada malam
hari, kancil memiliki niat jahat untuk menyembunyikan kalung kambing. Akhirnya
dengan segala cara yang ia lakukan ia pun mampu menerobos masuk kandang kambing
dan mencuri kalung itu. Ternyata ia menyembunyikan kalung tersebut di bawah
topi orang-orangan sawah karena ia merasa tempat itu adalah tempat yang sulit
terpikirkan oleh para binatang yang lain. Tapi tanpa sepengetahuan kancil,
elang yang sedang bertengger pada pohon pisang menyaksikan semua kejadian itu.
Ketika kancil sudah pergi jauh, elang berusaha mengambil kalung tersebut di
bawah topi orang-orangan sawah, setelah itu ia menyimpannya baik-baik di dalam
sarangnya dan berniat akan mengembalikan kalung tersebut esok hari pada
kambing.
Pada pagi hari
kambing terkejut melihat kalungnya hilang dan tidak ada di dalam kandang. Ia
sangat sedih karena telah kehilangan hadiah pemberian pak tani kepadanya. Ia
pun berusaha untuk mencari kalung tersebut sampai dapat. Binatang lain yang
mengetahui kabar ini pun segera berusaha membantu pencarian. Di tengah
pencarian, elang pun datang menghampiri kambing, kemudian ia segera
mengembalikan kalung kambing dan menceritakan semua kejadian yang ia saksikan
tadi malam. Walaupun demikian kambing berusaha untuk memaafkan sikap kancil
terhadapnya. Tapi tidak dengan binatang yang lain, mereka semakin geram melihat
kelakuan kancil yang selalu mencuri barang yang bukan kepunyaannya. Ya, ini
memang kesekian kalinya kancil mencuri dan tak pernah jera dengan hukuman
apapun. Rasanya maaf sudah tak pantas untuk diberikan kepada seekor kancil.
Binatang lain pun langsung mengatur
strategi untuk menangkap kancil. Mereka berpencar di sekitar sawah untuk
menangkap sasarannya. Setelah beberapa waktu akhirnya sasaran pun terlihat. Mereka
pun mengejar kancil tersebut dan meneriakinya maling. Kancil yang mampu
memahami situasi tersebut pun langsung lari ke dalam hutan untuk menyelamatkan
diri. Kini ia mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi pada hidupnya. Setelah
berlari jauh akhirnya kancil pun berhenti pada satu tempat dimana ia tak bisa
melakukan apa-apa. Bukan anjing, kerbau, ataupun elang yang berhasil menangkap
kancil melainkan kini kancil dihadapkan pada hewan buas dan berbisa yaitu king cobra.
Kancil pun kebingungan dengan apa
yang harus ia lakukan, ia terjebak pada situasi yang mengerikan. Tak berapa
lama rombongan anjing, kerbau, dan elang pun datang. Mereka yang geram dan
tidak mampu mengendalikan emosinya pun tidak bersedia untuk menolong kancil.
Mereka justru menunggu saat yang tepat untuk melihat kejadian yang tentunya
akan membuat mereka senang yaitu terbunuhnya si kancil pencuri. Ular pun kini
melancarkan aksinya, dengan tubuhnya yang panjang dan besar ia kemudian
melilitkan badannya pada badan kancil. Kancil pun tak berdaya untuk melepaskan
lilitan ular tersebut.
Tak lama kemudian kambing pun datang
di karpet pertempuran itu. Ia pun melihat kancil yang meronta kesakitan dan
terlihat pasrah menghadapi semuanya. Ia juga tak lupa meminta maaf kepada
kambing atas perbuatan yang telah ia lakukan. Lilitan ular itu tampaknya
semakin keras dan mulut ular tampaknya sudah siap untuk menyantap kancil
hidup-hidup. Kambing pun teringat dengan janjinya kepada keluarga tani yaitu menjadi
kambing yang baik hati dan penolong. Ia pun segera berusaha untuk mencegah perlakuan
ular tersebut. “Stop!! Wahai sang ular jangan bunuh dia, dia adalah sahabatku.
Akulah yang menyebabkan masalah ini terjadi dan aku tak mampu mengatasinya.
Jadi hukum saja aku” cegah kambing. “Baik, jadi kau ingin aku membebaskannya,
tapi sebagai timbal baliknya kau harus menggantikan posisinya sebagai
santapanku pagi ini. Tampaknya kau lebih besar dan dagingmu lebih empuk” jawab
ular. “Apa-apaan kau kambing, kau mau merelakan nyawamu hanya untuk menolong
dirinya, seorang pencuri bermuka tembok itu. Kusarankan jangan kambing, kau
terlalu baik untuk membebaskan kancil yang kurang ajar itu” seru anjing. “Aku
tak mau kehilangan kamu bing, kamu adalah orang baik dan sudah sepantasnya kamu
tetap hidup dan mewrnai kehidupan orang disekitarmu” tambah kerbau dan elang. “Sudah-sudah
jangan lagi kalian berdebat, sekarang adalah urusanku dan ular ini. “Baiklah
ular sekarang lepaskan dia dan aku akan menyerahkan diriku padamu”. “Jangan
kambing, kau sudah terlalu banyak menanggung masalahku sekarang biarkan
sekarang aku menanggung masalahku sendiri. Aku sangat menyesali semua
perbuatanku, aku minta maaf ya bing” tangis kancil. “Sudahlah cil, aku sudah
memaafkanmu jauh sebelum kamu memintanya. Bagaimanapun kau adalah sahabatku”
jawab kambing.
Akhirnya kambing pun menyerahkan
seluruh hidupnya kepada ular. Sebelum itu kambing berpesan kepada para sahabatnya.
“Bagiku kalian bukan hanya sekedar sahabat namun juga saudara kandungku
sendiri. Tak peduli darimana asal dan latar belakangmu. Terimakasih karena
kalian telah menjadi saksi hidupku. Hanya satu harapanku kalian bisa saling
memaafkan satu sama lain. Tak ada dengki, iri, atau bahkan sifat buruk lainnya
yang terjadi diantara kalian. Bagiku, kalian adalah kenangan yang tak mudah
untuk dilupakan. Sebab ini bukan tentang aku, tentang kamu atau tentang dia,
tapi ini tentang kita yaitu sahabat sejati. Kelemahanmu juga kelemahanku dan
kita bisa benahi itu dengan cara kekeluargaan. Jadi selamat tinggal sahabatku. Biarlah
nyawaku dapat menghentikan permusuhan ini dan kalian dapat mengerti bahwa damai
itu indah” tegas kambing. Semua binatang termasuk ular pun menangis mendengar
perkataan kambing ini. Mereka menyesali pertengkaran mereka selama ini. Kancil
pun semakin mengerti apa arti persahabatan sesungguhnya. “Aku sudah siap ular,
sekarang waktunya kau untuk menyantapku”.
“Tttiiiiddddaaakkkkk……”seru semua
binatang. Mereka rasanya tak kuasa menahan tangis melepas kepergian sahabat
yang mereka cintai dan kagumi. Di tengah isak tangis para binatang itu, ular
pun angkat bicara “Untuk apa aku memakanmu, tampaknya kau harus hidup lebih
lama lagi karena masih banyak binatang dan orang lain yang membutuhkan binatang
bijak sepertimu. Begitu banyak pelajaran yang kini aku dapatkan darimu kambing.
Aku sangat berterima kasih. Oh ya aku punya satu pesan bagi kalian semua para
binatang sawah. Hendaklah kamu bersikap layaknya kambing ini, binatang yang
sederhana tapi bersahaja” seru ular. Mereka pun menyetujui hal tersebut karena kenyataannya
memang benar. Binatang ini tak dapat dipandang sebelah mata. Ia adalah binatang
yang rela berkorban bagi sekitarnya.
Selang beberapa menit setelah ular
pergi, merekapun kembali ke tempatnya masing-masing. Sejak saat itu keadaan
desa menjadi lebih damai. Tak ada lagi perselisihan dan kedengkian yang
mewarnai kehidupan mereka. Justru kedamaian dan kehangatanlah yang kini menyelimuti suasana hati mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar