Prihatin adalah kata yang tepat untuk meggambarkan
kondisi pendidikan Indonesia saat ini. Harga yang tak terjangkau, penyelenggaraan
yang kurang baik, dan lulusan yang berkualitas buruk memperlihatkan betapa
bobroknya pendidikan bangsa ini. Padahal pendidikan adalah roda penggerak yang
sangat penting dalam memajukan suatu bangsa. Melalui Pendidikan jati diri
sebuah bangsa dipertaruhkan. Negara yang memiliki kualitas pendidikan yang baik
tentu akan dihargai. Sedangkan Negara dengan kualitas pendidikan yang buruk
tentu akan dipandang sebelah mata. Terwujudnya pendidikan yang baik bukanlah
sebuah impian bagi Indonesia. Jika semua orang peduli dan mau berusaha untuk
membenahi pendidikan saat ini tentu harapan itu akan terlaksana.
Jika kita ulas balik kebelakang, pendidikan
Indonesia dahulu tidaklah seburuk kini. Dahulu Indonesia pernah merasakan
kejayaannya di dunia pendidikan. Hal ini tak lain berkat kerja keras seorang
pelopor pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau berjuang keras untuk memajukan
pendidikan di Indonesia. Kegigihan dan kerja kerasnya telah berhasil
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia saat itu. Namun sekarang
perjuangannya seakan sia-sia. Potret kelam pendidikan kini telah melunturkan
harapan dan cita-cita yang telah ia bangun. Entah apa yang akan ia katakan melihat
Pendidikan Indonesia sekarang. Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri
Handayani hanya tegak berdiri sebagai sebuah semboyan tanpa adanya wujud
nyata pelaksanaan yang baik.
Masalah
Pendidikan
Menuntut
ilmu seakan mimpi bagi anak miskin. Seperti kata buku, “Orang
Miskin Dilarang Sekolah!” Inilah
kenyataan pilu yang kini kita hadapi. Bagaimana tidak, harga yang mahal membuat
mereka harus berpikir dua kali untuk mengenyam
pendidikan. Tak heran memang jika anak yang terlantar semakin bertambah di Indonesia. Kapitalisme
dunia pendidikan kini seakan merenggut cita dan harapan generasi penerus
bangsa. Mereka seakan tak layak mengecap
indahnya dunia pendidikan. Padahal sadar atau tidak masa depan bangsa ini
berada di tangan mereka.
Begitu banyak orangtua yang
mengeluhkan masalah ini, namun kenyataannya mereka berada pada posisi yang
sangat lemah. Mereka seakan tidak dihargai, padahal mereka memiliki hak atas
semua itu. Hal ini didasarkan pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan
bahwa setiap Warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Namun yang menjadi
pertanyaannya sekarang adalah masih berlakukah Undang Undang tersebut? Karena
yang terekam kini hanyalah pengekangan terhadap hak warga miskin di segala
aspek.
Pendidikan
bukan hanya melulu mengenai bayaran atau uang. Pendidikan adalah mengenai
bagaimana mencetak generasi yang pintar dan bermartabat. Bukan berarti uang tidak penting dalam sebuah
proses pendidikan. Namun juga bukan berarti hal ini yang mendominasi pendidikan.
Sebab pada dasarnya uang tidak dapat mengukur kemampuan apalagi membatasi mimpi
seseorang.
Karakter buruk siswa pun menjadi masalah
pendidikan Indonesia saat ini. Karakter itu tak lain adalah budaya mencontek.
Hal ini memang selalu mewarnai belantika pendidikan Indonesia. Takut dianggap bodoh, takut tak lulus ujian,
dan malas remedial menjadi hal yang melatarbelakangi kejadian ini. Akhirnya
murid pun berbondong-bondong menempuh segala cara untuk memperoleh hasil yang
maksimal.
Karakter ini tentu mencoreng citra pendidikan
Indonesia. Sekolah yang seharusnya sebagai tempat proses belajar tak ubahnya tempat
mengejar nilai. Proses belajar kini dianggap tak penting. Semuanya seakan
berorientasi pada nilai. Bukan berarti nilai tidak penting. Namun alangkah
baiknya jika nilai itu mewakili proses belajar yang telah mereka lakukan selama
ini.
Inilah mengapa pentingnya menciptakan siswa yang
bermartabat, yang tak hanya cerdas namun juga jujur. Sebab pada umumnya proses
belajarlah yang menentukan nilai siswa bukan nilai yang menentukan sejauh mana
proses belajar mereka. Peran guru tentu sangat menentukan terwujudnya proses
ini. Sebagai seorang guru mereka harus mampu menilai siswa secara objektif yaitu
tidak hanya melihat nilai yang mereka dapatkan melainkan mampu melihat proses
belajar yang sudah mereka jalani.
Hal pahit lain yang kini harus kita telan adalah
turunnya peringkat kualitas pendidikan Indonesia di dunia. Data Education Development Index menyatakan
bahwa kini pendidikan Indonesia turun pada peringkat 69 yang
sebelumnya sempat menduduki peringkat 65. Fantastis bukan. Semakin merosot dan
memprihatinkan.
Tak hanya itu lulusan yang berkualitas buruk juga
merupakan masalah yang serius. Tak heran jika hal tersebut meyebabkan
bertambahnya pengangguran di Indonesia. Pemerintah tentu harus memutar otak
untuk membenahi masalah ini. Sebab jika tidak, dikhawatirkan bangsa ini akan
hancur karena rendahnya kualitas generasi penerus.
Bangkitkan
Pendidikan Bangsa
Siapa
yang tak mengenal Ki Hajar Dewantara, salah satu tokoh perjuangan pendidikan
nasional. Beliau selalu menjadi simbol pendidikan bangsa namun kini semangatnya
seakan hilang ditelan zaman.
Perjuangan
yang keras dan mulia telah mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Dulu Indonesia
menjadi Negara yang sangat terbelakang dan dilanda kebodohan. Namun pergerakan
pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara telah meningkatkan kualitas
anak bangsa ke arah yang lebih baik.
Terbukti
sudah. Sekarang Indonesia telah merdeka. Indonesia bukan lagi Negara yang bisa
dipandang sebelah mata. Kini, Indonesia mampu
berdiri tegak dan memandang lurus ke depan. Layaknya burung, Indonesia seakan
tengah bersiap untuk terbang ke angkasa.
Tapi pertanyaannya sekarang, apakah kita sudah
sepenuhnya merdeka? Apakah semangat dan perjuangan pelopor pendidikan kita itu
masih terjaga? Nyatanya kini kemerdekaan belum membuat bangsa ini maju.
Kualitas pendidikan Indonesia justru semakin menurun. Mengapa pendidikan kita
jadi tertinggal dan semakin bobrok? Bukankah dulu kita pernah berjaya hingga
Negara Jiran pun menyewa tenaga pendidik dari Negara kita?
Potret pendidikan yang kini kita lihat tidaklah
seindah dulu. Sekarang pandangan yang justru hadir tak lain adalah kapitalisme
pendidikan, karakter siswa yang buruk, kualitas pendidikan yang menurun, anak
miskin terlantar, hingga pengangguran yang semakin bertambah. Ini menjadi
refleksi dan Pekerjaan Rumah yang besar bagi bangsa Indonesia. Kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat tentu sangat dibutuhkan untuk membenahi masalah
tersebut.
Perubahan ke arah yang lebih baik tentu menjadi
harapan seluruh rakyat Indonesia. Namun harapan ini tentu takkan terwujud tanpa
adanya tindakan konkret dalam membangkitkan pendidikan bangsa. Layaknya Ki
Hajar Dewantara, ia tak pernah membiarkan pendidikan Indonesia jalan di tempat,
tetapi ia selalu berusaha untuk mengembangkan pendidikan. Oleh sebab itu mulailah
membangun pendidikan bangsa yang bermartabat demi memajukan kesejahteraan
bangsa. Dengan begitu melalui pendidikan, jati diri bangsa ini akan tercitra
baik di mata dunia.
Casino Near Me - Smoky Mountains National Park - Mapyro
BalasHapusCasino Near 의왕 출장샵 Me - 여수 출장샵 Smoky Mountains National 전주 출장샵 Park. Casino - Smoky Mountains National Park - 포항 출장마사지 Mapyro. Mapyro - Smoky Mountain 창원 출장안마 National Park - Mapyro.