It's my life....

Education,Passion, Music, :)

Sabtu, 02 Maret 2013

Pendidikan Sebagai Jati Diri Bangsa



Prihatin adalah kata yang tepat untuk meggambarkan kondisi pendidikan Indonesia saat ini. Harga yang tak terjangkau, penyelenggaraan yang kurang baik, dan lulusan yang berkualitas buruk memperlihatkan betapa bobroknya pendidikan bangsa ini. Padahal pendidikan adalah roda penggerak yang sangat penting dalam memajukan suatu bangsa. Melalui Pendidikan jati diri sebuah bangsa dipertaruhkan. Negara yang memiliki kualitas pendidikan yang baik tentu akan dihargai. Sedangkan Negara dengan kualitas pendidikan yang buruk tentu akan dipandang sebelah mata. Terwujudnya pendidikan yang baik bukanlah sebuah impian bagi Indonesia. Jika semua orang peduli dan mau berusaha untuk membenahi pendidikan saat ini tentu harapan itu akan terlaksana.
                 Jika kita ulas balik kebelakang, pendidikan Indonesia dahulu tidaklah seburuk kini. Dahulu Indonesia pernah merasakan kejayaannya di dunia pendidikan. Hal ini tak lain berkat kerja keras seorang pelopor pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau berjuang keras untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Kegigihan dan kerja kerasnya telah berhasil meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia saat itu. Namun sekarang perjuangannya seakan sia-sia. Potret kelam pendidikan kini telah melunturkan harapan dan cita-cita yang telah ia bangun. Entah apa yang akan ia katakan melihat Pendidikan Indonesia sekarang. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani hanya tegak berdiri sebagai sebuah semboyan tanpa adanya wujud nyata pelaksanaan yang baik. 

Masalah Pendidikan
                Menuntut ilmu seakan mimpi bagi anak miskin. Seperti kata buku, “Orang Miskin Dilarang Sekolah!” Inilah kenyataan pilu yang kini kita hadapi. Bagaimana tidak, harga yang mahal membuat mereka  harus berpikir dua kali untuk mengenyam pendidikan. Tak heran memang jika anak yang  terlantar semakin bertambah di Indonesia. Kapitalisme dunia pendidikan kini seakan merenggut cita dan harapan generasi penerus bangsa.  Mereka seakan tak layak mengecap indahnya dunia pendidikan. Padahal sadar atau tidak masa depan bangsa ini berada di tangan mereka.
                Begitu banyak orangtua yang mengeluhkan masalah ini, namun kenyataannya mereka berada pada posisi yang sangat lemah. Mereka seakan tidak dihargai, padahal mereka memiliki hak atas semua itu. Hal ini didasarkan pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap Warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Namun yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah masih berlakukah Undang Undang tersebut? Karena yang terekam kini hanyalah pengekangan terhadap hak warga miskin di segala aspek.
                Pendidikan bukan hanya melulu mengenai bayaran atau uang. Pendidikan adalah mengenai bagaimana mencetak generasi yang pintar dan bermartabat.  Bukan berarti uang tidak penting dalam sebuah proses pendidikan. Namun juga bukan berarti hal ini yang mendominasi pendidikan. Sebab pada dasarnya uang tidak dapat mengukur kemampuan apalagi membatasi mimpi seseorang.
Karakter buruk siswa pun menjadi masalah pendidikan Indonesia saat ini. Karakter itu tak lain adalah budaya mencontek. Hal ini memang selalu mewarnai belantika pendidikan Indonesia.  Takut dianggap bodoh, takut tak lulus ujian, dan malas remedial menjadi hal yang melatarbelakangi kejadian ini. Akhirnya murid pun berbondong-bondong menempuh segala cara untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Karakter ini tentu mencoreng citra pendidikan Indonesia. Sekolah yang seharusnya sebagai tempat proses belajar tak ubahnya tempat mengejar nilai. Proses belajar kini dianggap tak penting. Semuanya seakan berorientasi pada nilai. Bukan berarti nilai tidak penting. Namun alangkah baiknya jika nilai itu mewakili proses belajar yang telah mereka lakukan selama ini.
Inilah mengapa pentingnya menciptakan siswa yang bermartabat, yang tak hanya cerdas namun juga jujur. Sebab pada umumnya proses belajarlah yang menentukan nilai siswa bukan nilai yang menentukan sejauh mana proses belajar mereka. Peran guru tentu sangat menentukan terwujudnya proses ini. Sebagai seorang guru mereka harus mampu menilai siswa secara objektif yaitu tidak hanya melihat nilai yang mereka dapatkan melainkan mampu melihat proses belajar yang sudah mereka jalani.
Hal pahit lain yang kini harus kita telan adalah turunnya peringkat kualitas pendidikan Indonesia di dunia. Data  Education Development Index menyatakan bahwa  kini pendidikan  Indonesia turun pada peringkat 69 yang sebelumnya sempat menduduki peringkat 65. Fantastis bukan. Semakin merosot dan memprihatinkan.
Tak hanya itu lulusan yang berkualitas buruk juga merupakan masalah yang serius. Tak heran jika hal tersebut meyebabkan bertambahnya pengangguran di Indonesia. Pemerintah tentu harus memutar otak untuk membenahi masalah ini. Sebab jika tidak, dikhawatirkan bangsa ini akan hancur karena rendahnya kualitas generasi penerus. 

Bangkitkan Pendidikan Bangsa       
Siapa yang tak mengenal Ki Hajar Dewantara, salah satu tokoh perjuangan pendidikan nasional. Beliau selalu menjadi simbol pendidikan bangsa namun kini semangatnya seakan hilang ditelan zaman.
                Perjuangan yang keras dan mulia telah mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Dulu Indonesia menjadi Negara yang sangat terbelakang dan dilanda kebodohan. Namun pergerakan pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara telah meningkatkan kualitas anak bangsa ke arah yang lebih baik.
                Terbukti sudah. Sekarang Indonesia telah merdeka. Indonesia bukan lagi Negara yang bisa dipandang sebelah mata.  Kini, Indonesia mampu berdiri tegak dan memandang lurus ke depan. Layaknya burung, Indonesia seakan tengah bersiap untuk terbang ke angkasa.
Tapi pertanyaannya sekarang, apakah kita sudah sepenuhnya merdeka? Apakah semangat dan perjuangan pelopor pendidikan kita itu masih terjaga? Nyatanya kini kemerdekaan belum membuat bangsa ini maju. Kualitas pendidikan Indonesia justru semakin menurun. Mengapa pendidikan kita jadi tertinggal dan semakin bobrok? Bukankah dulu kita pernah berjaya hingga Negara Jiran pun menyewa tenaga pendidik dari Negara kita?
Potret pendidikan yang kini kita lihat tidaklah seindah dulu. Sekarang pandangan yang justru hadir tak lain adalah kapitalisme pendidikan, karakter siswa yang buruk, kualitas pendidikan yang menurun, anak miskin terlantar, hingga pengangguran yang semakin bertambah. Ini menjadi refleksi dan Pekerjaan Rumah yang besar bagi bangsa Indonesia. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat tentu sangat dibutuhkan untuk membenahi masalah tersebut.
Perubahan ke arah yang lebih baik tentu menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia. Namun harapan ini tentu takkan terwujud tanpa adanya tindakan konkret dalam membangkitkan pendidikan bangsa. Layaknya Ki Hajar Dewantara, ia tak pernah membiarkan pendidikan Indonesia jalan di tempat, tetapi ia selalu berusaha untuk mengembangkan pendidikan. Oleh sebab itu mulailah membangun pendidikan bangsa yang bermartabat demi memajukan kesejahteraan bangsa. Dengan begitu melalui pendidikan, jati diri bangsa ini akan tercitra baik di mata dunia.

1 komentar:

  1. Casino Near Me - Smoky Mountains National Park - Mapyro
    Casino Near 의왕 출장샵 Me - 여수 출장샵 Smoky Mountains National 전주 출장샵 Park. Casino - Smoky Mountains National Park - 포항 출장마사지 Mapyro. Mapyro - Smoky Mountain 창원 출장안마 National Park - Mapyro.

    BalasHapus