It's my life....

Education,Passion, Music, :)

Sabtu, 02 Maret 2013

KASAK KUSUK BULUTANGKIS INDONESIA


Bulutangkis mungkin tak asing lagi bagi seluruh rakyat Indonesia. Cabang olahraga ini kerap kali menimbulkan euphoria serta kontroversi tersendiri dalam setiap pertandingannya. Begitu pun dengan olimpiade yang baru saja berlangsung di London beberapa waktu lalu. Jutaan pasang mata di negeri ini menyaksikan perjuangan keras para atlet dalam menambah pundi-pundi emas bagi Indonesia. Sayang beribu sayang. Atlet Bulutangkis Indonesia harus pulang dengan tangan hampa. Kerja keras mereka selama ini belum mampu membuat Indonesia meraih emas. Mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Bagaimana tidak, Indonesia yang selalu mendulang tradisi emas sejak tahun 1992 sampai tahun 2008 kini harus menelan pil pahit. Jika seperti ini siapa yang seharusnya bertanggungjawab?
                Penurunan prestasi Bulutangkis ini menjadi perhatian yang sangat penting. Apalagi ini adalah kali pertamanya Indonesia gagal memperoleh emas dalam ajang bergengsi Olimpiade. Tatkala hal ini membuat duka Ibu Pertiwi semakin bertambah setelah permasalahan bangsa di berbagai sektor. Kekalahan para pemain layaknya pukulan telak bagi Indonesia. Menjadi tugas penting bagi pemerintah untuk mencari solusi terbaik dalam mencegah hal serupa. 

Kualitas Pemain
Saat ini kualitas pemain Indonesia seakan menurun. Hal ini ditunjukkan dengan kegagalan para atlet dalam meraih gelar di beberapa pertandingan. Salah satu ancaman yang sangat tampak dan paling mempengaruhi kualitas pemain adalah faktor fisik. Sampai sekarang pemain Indonesia terkesan monoton. Pertandingan seringkali didominasi oleh pemain senior yang itu-itu saja. Padahal, pertandingan itu merupakan kesempatan bagi para pemain muda untuk belajar mengembangkan kemampuan permainan dan mental mereka. Mengingat usia yang masih terlampau muda tentu mereka juga memiliki ketahanan fisik yang lebih prima daripada seniornya.
Upaya seperti inilah yang mungkin dapat dilakukan oleh pihak PBSI untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jangan sampai atlet-atlet junior kehilangan kesempatan untuk belajar mengasah kemampuan mereka di lapangan. Tengok saja negara Cina, mereka selalu melakukan perkembangan regenerasi yang cukup pesat. Hasil yang ditunjukkan juga positif. Secara cermat kita dapat menyaksikan bahwa munculnya para regenerasi ini justru menambah bibit-bibit unggul bangsa mereka. Hal ini dibuktikan dari segudang prestasi yang telah mereka raih. Kemampuan atlet junior ini juga tak kalah dengan para seniornya yang lebih dulu mendulang sukses.
Tak dapat dipungkiri kesuksesan para pemain bergantung pada kualitas pemain itu sendiri.  Jika negara lain saja mampu mengadakan regenerasi pemain, mengapa Indonesia tidak? Bukankah kemajuan timbul dari adanya suatu perubahan yang baik? 

Jaminan Pensiun
                Masa depan para atlet pun kini pantas untuk dipertanyakan. Perjuangan jatuh bangun dalam membela negara belum menjadi suatu jaminan akan kehidupan mereka. Bukan jaminan untuk kehidupan saat ini melainkan kehidupan mereka yang layak di masa yang akan datang. Akibatnya, tak sedikit anak bangsa yang harus berpikir dua kali untuk tampil sebagai atlet bangsa. Bukan hanya itu beberapa atlet sukses juga tak ingin menerjunkan anak mereka ke dalam dunia yang serupa. Alasannya cukup singkat yaitu “Bagaimana dengan masa depan mereka?”
                Permasalahan semacam ini tentu akan berdampak pada generasi bulutangkis berikutnya. Bisa jadi perkembangan atlet-atlet muda akan menurun. Parahnya, mungkin bulutangkis akan redup dari dunia olahraga Indonesia.
Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan negara Malaysia. Negara kecil ini telah menjamin kehidupan masa depan setiap atlet yang mampu mengharumkan nama bangsa dengan pemberian uang pensiun.
                Andai saja hal itu dilakukan, tentu para atlet akan lebih bersemangat dalam setiap laga pertandingannya. Mereka tidak hanya merasa dibutuhkan namun juga dianggap. Bukan suatu hal yang mustahil jika prestasi mereka akan meningkat nantinya.
Mudah sebenarnya bagi pemerintah untuk menyediakan jaminan pensiun bagi para atlet. Hal tersulit pada dasarnya adalah mengelola uang negara yang ada secara bersih dan bertanggungjawab. Sebab terkadang “pensiunan” tersebut tidak sampai kepada tangan-tangan yang tepat akibat praktik tikus rakus.
                Sejumlah pertimbangan sepatutnya dilakukan untuk mengusuk tuntas masalah ini. Sebab tak adil rasanya jika punggawa bangsa hanya dihargai ketika mereka berhasil di lapangan. Namun ketika mereka menuntaskan pengabdian, mereka hanya pulang dengan nama tanpa penghargaan sedikitpun. 

Kembalinya Era Kemenangan
                Susi Susanti sampai detik ini seakan menjadi ikon bulutangkis Indonesia yang tak terlupakan. Jutaan decak kagum dan kebanggaan dari seluruh rakyat Indonesia memang pantas disematkan kepadanya. Dua puluh tahun yang lalu tepatnya ketika Olimpiade di Barcelona berlangsung, ia mampu meraih medali emas pada sektor tunggal putri.  Lagu Indonesia pun untuk pertama kalinya berkumandang di setiap pasang telinga di seluruh dunia. Mengharukan sekaligus membanggakan.
Sejak saat itu bendera Indonesia semakin berkibar di kancah Internasional. Rentetan atlet dengan permainan yang apik juga mampu membawa Indonesia meraih kemenangan di berbagai pertandingan. Puluhan tahun lalu dunia seakan menjadi saksi akan kejayaan Bulutangkis Indonesia. Kemampuan mereka pun kini membuahkan hasil. Beberapa diantara mereka diminta oleh pemerintah negara lain untuk melatih atlet Bulutangkis mereka. Luar biasa. Siapa yang tidak ingin hal ini terulang kembali?
Bukan hal yang mudah memang membuat semua asa dan impian itu terwujud. Persiapan yang matang, kerja keras, serta semangat juang yang tinggi adalah kunci kesuksesan itu. Namun sayangnya tindakan itu tak bisa dilakukan oleh segelintir pihak saja. Artinya bukan hanya atlet, pelatih, atau divisi-divisi tertentu yang harus melakukannya. Namun dibutuhkan kerjasama dari seluruh komponen organisasi terkait. Dengan begitu kejayaan Bulutangkis di masa lalu bukan lagi sebuah mimpi. Namun menjadi sebuah bukti nyata bahwa Bulutangkis tetap hidup dan selalu membawa kemenangan bagi bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar